Read More...... html>body .post-body { border-bottom-width:0; } .post p { margin:0 0 .75em; } .post-footer { background: #ded; margin:0; padding-top:2px; padding-right:14px; padding-bottom:2px; padding-left:29px; border:1px dotted #bbbbbb; border-width:1px; font-size:100%; line-height:1.5em; color: #666; } .post-footer p { margin: 0; } html>body .post-footer { border-bottom-color:transparent; } .uncustomized-post-template .post-footer { text-align: right; } .uncustomized-post-template .post-author, .uncustomized-post-template .post-timestamp { display: block; float: left; text-align:left; margin-right: 4px; } .post-footer a { color: #258; } .post-footer a:hover { color: #666; } a.comment-link { /* IE5.0/Win doesn't apply padding to inline elements, so we hide these two declarations from it */ background/* */:/**/url("http://www.blogblog.com/rounders/icon_comment_left.gif") no-repeat left 45%; padding-left:14px; } html>body a.comment-link { /* Respecified, for IE5/Mac's benefit */ background:url("http://www.blogblog.com/rounders/icon_comment_left.gif") no-repeat left 45%; padding-left:14px; } .post img { margin-top:0; margin-right:0; margin-bottom:5px; margin-left:0; padding:4px; border:1px solid #bbbbbb; } blockquote { margin:.75em 0; border:1px dotted #bbbbbb; border-width:1px 0; padding:5px 15px; color: #003366; } .post blockquote p { margin:.5em 0; } #blog-pager-newer-link { float: left; margin-left: 13px; } #blog-pager-older-link { float: right; margin-right: 13px; } #blog-pager { text-align: center; } .feed-links { clear: both; line-height: 2.5em; margin-left: 13px; } /* Comments ----------------------------------------------- */ #comments { margin:-25px 13px 0; border:1px dotted #bbbbbb; border-width:0 1px 1px; padding-top:20px; padding-right:0; padding-bottom:15px; padding-left:0; } #comments h4 { margin:0 0 10px; padding-top:0; padding-right:14px; padding-bottom:2px; padding-left:29px; border-bottom:1px dotted #bbbbbb; font-size:120%; line-height:1.4em; color:#1B703A; } #comments-block { margin-top:0; margin-right:15px; margin-bottom:0; margin-left:9px; } .comment-author { background:url("http://www.blogblog.com/rounders/icon_comment_left.gif") no-repeat 2px .3em; margin:.5em 0; padding-top:0; padding-right:0; padding-bottom:0; padding-left:20px; font-weight:bold; } .comment-body { margin:0 0 1.25em; padding-top:0; padding-right:0; padding-bottom:0; padding-left:20px; } .comment-body p { margin:0 0 .5em; } .comment-footer { margin:0 0 .5em; padding-top:0; padding-right:0; padding-bottom:.75em; padding-left:20px; } .comment-footer a:link { color: #333; } .deleted-comment { font-style:italic; color:gray; } /* Profile ----------------------------------------------- */ .profile-img { float: left; margin-top: 5px; margin-right: 5px; margin-bottom: 5px; margin-left: 0; border: 4px solid #334455; } .profile-datablock { margin-top:0; margin-right:15px; margin-bottom:.5em; margin-left:0; padding-top:8px; } .profile-link { background:url("http://www.blogblog.com/rounders/icon_profile_left.gif") no-repeat left .1em; padding-left:15px; font-weight:bold; } .profile-textblock { clear: both; margin: 0; } .sidebar .clear, .main .widget .clear { clear: both; } #sidebartop-wrap { background:#78B749 url("http://www.blogblog.com/rounders/corners_prof_bot.gif") no-repeat left bottom; margin:0px 0px 15px; padding:0px 0px 10px; color:#334455; } #sidebartop-wrap2 { background:url("http://www.blogblog.com/rounders/corners_prof_top.gif") no-repeat left top; padding: 10px 0 0; margin:0; border-width:0; } #sidebartop h2 { line-height:1.5em; color:#003366; border-bottom: 1px dotted #003366; margin-bottom: 0.5em; font: normal bold 100% Trebuchet, Trebuchet MS, Arial, sans-serif; } #sidebartop a { color: #225588; } #sidebartop a:hover { color: #225588; } #sidebartop a:visited { color: #225588; } /* Sidebar Boxes ----------------------------------------------- */ .sidebar .widget { margin:.5em 13px 1.25em; padding:0 0px; } .widget-content { margin-top: 0.5em; } #sidebarbottom-wrap1 { background:#cdddcd url("http://www.blogblog.com/rounders/corners_side_top.gif") no-repeat left top; margin:0 0 15px; padding:10px 0 0; color: #333333; } #sidebarbottom-wrap2 { background:url("http://www.blogblog.com/rounders/corners_side_bot.gif") no-repeat left bottom; padding:0 0 8px; } .sidebar h2 { margin:0; padding:0 0 .2em; line-height:1.5em; font:normal bold 100% Trebuchet, Trebuchet MS, Arial, sans-serif; } .sidebar ul { list-style:none; margin:0 0 1.25em; padding:0; } .sidebar ul li { background:url("http://www.blogblog.com/rounders/icon_arrow_sm.gif") no-repeat 2px .25em; margin:0; padding-top:0; padding-right:0; padding-bottom:3px; padding-left:16px; margin-bottom:3px; border-bottom:1px dotted #bbbbbb; line-height:1.4em; } .sidebar p { margin:0 0 .6em; } #sidebar h2 { color: #1B703A; border-bottom: 1px dotted #1B703A; } /* Footer ----------------------------------------------- */ #footer-wrap1 { clear:both; margin:0 0 10px; padding:15px 0 0; } #footer-wrap2 { background:#1b703a url("http://www.blogblog.com/rounders/corners_cap_top.gif") no-repeat left top; color:#003366; } #footer { background:url("http://www.blogblog.com/rounders/corners_cap_bot.gif") no-repeat left bottom; padding:8px 15px; } #footer hr {display:none;} #footer p {margin:0;} #footer a {color:#003366;} #footer .widget-content { margin:0; } /** Page structure tweaks for layout editor wireframe */ body#layout #main-wrap1, body#layout #sidebar-wrap, body#layout #header-wrapper { margin-top: 0; } body#layout #header, body#layout #header-wrapper, body#layout #outer-wrapper { margin-left:0, margin-right: 0; padding: 0; } body#layout #outer-wrapper { width: 730px; } body#layout #footer-wrap1 { padding-top: 0; } -->

Adli Anabil.

He is a miracle gift from God. He is an answer to my prayer in last 6 years before his birth. He makes me strong to stay in the right way. He is my life, my lovely son…

Jumat, Februari 13, 2009

"Rudy Habibie dan Rudy Chaerudin, Sukses Mana?"


Saya ingat waktu di SMA dulu, kami (murid) harus menjalani test IQ untuk penjurusan. Sekolah saya menetapkan bahwa murid2 dengan IQ tinggi bias masuk ke jurusan IPA/Science. Murid dengan IQ sedang hanya bisa masuk jurusan Sosial dan yang paling rendah IQnya hanya diijinkan untuk masuk ke jurusan Bahasa. Aturan di sekolah saya ternyata berlawanan dengan aturan dari SMA swasta terkenal di Yogyakarta yang mengarahkan anak-anak yang ber IQ paling tinggi justru ke jurusan Bahasa. ….


Sewaktu saya diskusi dengan Romo Mangun Wijaya (Alm) tentang kurikulum sekolah, beliau mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih mewarisi "budaya" kolonial Belanda. Menurut beliau, seharusnya anak-anak yang kecerdasannya tinggi seharusnya diarahkan untuk masuk jurusan Sosial supaya di masa mendatang akan lahir ekonom, hakim, jaksa, pengacara, polisi, diplomat, duta besar, politisi dsb yang hebat2. Tetapi rupanya hal itu tidak dikehendaki
oleh penguasa (Belanda). Belanda menginginkan anak-anak yang cerdas tidak memikirkan masalah2 sosial politik. Mereka cukup diarahkan untuk menjadi tenaga ahli/scientist, arsitektur, ahli computer, ahli matematika, dokter dsb yang asyik dengan science di laboratorium (pokoknya yang nggak membahayakan posisi penguasa). Saya nggak tahu persis yang benar Romo Mangun Wijaya atau pemerintah Belanda. Hanya saja waktu itu saya yang kuliah ambil jurusan kurikulum jadi patahsemangat karena kayaknya kurikulum di Indonesia ini hamper tidak ada
hubungannya dengan kehidupan yang akan dijalani orang setelah keluar dari sekolah. Kita bisa lihat, Insinyur yang menjadi politisi bahkan memimpin parlemen, kemudian dokter (umum) bisa menjadi kepala Dinas P&K atau tenaga marketing, sarjana theologia yang jadi pengusaha, dsb.
Sampai saat ini, masih banyak orang tua dan masyarakat yang beranggapan bahwa anak yang hebat adalah anak yang nilai matematika dan science-nya menonjol. Paradigma berpikir orang tua/masyarakat ini sangat mempengaruhi konsep anak tentang kesuksesan.

Bulan Juni 2003 yang lalu, lembaga tempat saya bekerja mengadakan seminar anak-anak. Di depan 800-an anak, Kak Seto Mulyadi (Si Komo) menunjukkan 5 Rudy. –
Yang Ke-1 : Rudy Habibie (BJ Habibie) yang genius, pintarbikin pesawat dan bisa menjadi presiden.
Yang Ke-2 : Rudy Hartono yang pernah beberapa menjadi juara bulu tangkis kelas dunia.
Yang Ke-3 : Rudy Salam yang suka main sinetron di TV
Yang Ke-4 : Rudy Hadisuwarno yang ahli di bid. Kecantikan dan punya byk salon kecantikan di bbrp kota .
Yang Ke-5 : Rudy Choirudin yang jago masak dan sering tampil memandu acara memasak di TV.

Sewaktu Kak Seto bertanya "Rudy yang mana yang paling sukses menurut kalian?" Hampir semua anak menjawab "Rudy Habibie" Sewaktu ditanyakan "Mengapa, kalian bilang bahwa yang paling sukses Rudy Habibie?" Anak-anakpun menjawab "Karena bisa membuat pesawat
terbang, bisa menjadi presiden, dsb" Sewaktu Kak Seto menanyakan "Rudy yang mana yang
paling tidak sukses?" Hampir seluruh anak menjawab "Rudy Choirudin" Ketika ditanyakan "Mengapa kalian mengatakan bahwa Rudy Choirudin bukan orang yang sukses?" Anak-anakpun menjawab "Karena Rudy Choirudin hanya isa memasak"

Memang begitulah pola pikir dan pola asuh dalam keluarga dan masyarakat Indonesia pada umumnya yang masih menilai kesuksesan orang dari karya-karya besar yang dihasilkannya. Masyarakat kita banyak yang belum bisa melihat kesuksesan adalah pengembangan talenta secara optimal sehingga bisa dimanfaatkan dalam kehidupan yang dijalaninya dengan
"enjoy". Banyak masyarakat kita yang beranggapan bahwa IQ adalah segala-galanya. Padahal kenyataannya EQ, SQ dan faktor2 lain juga sangat menentukan. Dalam seminar tsb Kak Seto hanya ingin merubah paragidma berpikir anak-anak (dan juga orang tua/keluarga). Anak-anak dan orang tua harus menyadari dan mensyukuri setiap talenta yang diberikan oleh Tuhan. Bila talenta tersebut dikembangkan dengan baik, maka kita bias mencapai kesuksesan di "bidangnya".

Jadi untuk anak-anak yang tidak pintar matematika, anak2 tidak perlu minder dan orang tua tidak perlu malu atau menekan anak. Anak-anak yang lebih menyukai pelajaran menggambar dari pada pelajaran2 lain, bukanlah anak-anak yang bodoh karena justru anak2 yang punya imajinasi tinggilah yang pintar menggambar/melukis. Anak-anak yang suka ngobrol, kalau kita arahkan
bisa saja kelak menjadi politisi atau negotiator yang baik. Anak-anak yang banyak bicara, kalau diarahkan untuk menuliskan apa yang ingin dibicarakan bisa2 menjadi penulis yang hebat. Mbak Dwi Setyani juga mengingatkan kita untuk lebih memfokuskan pada kekuatan kita dari pada "wasting time" bersungut-sungut, hanya memikirkan kelemahan kita.

Saya pernah membaca pengalaman hidup seorang penyanyi di Amerika. Penyanyi tsb dulunya tidak PD karena wajahnya tidak terlalu cantik dan giginya tonggos. Saat menyanyi di pub, dia repot mengatur bibirnya supaya giginya yang tonggos tidak dilihat orang. Hasilnya: ia hanya
bisa menghasilkan suara yang pas-pasan. Ketika temannya meyakinkan bahwa giginya yang tonggos itu bukanlah masalah, maka iapun bisa menyanyi dengan bebas dan meng-eksplore suara emasnya. Ternyata orang-orang mengingat penyanyi itu karena kualitas suaranya, bukan
parasnya yang jelek dengan gigi tonggosnya. Kitapun meyakini bahwa Tuhan menciptakan setiap kita (manusia) dengan maksud yang terbaik demi kemuliaan-Nya. Kalau saja kita
meyakini hal tersebut, maka semua orang akan mensyukuri keadaan dan memanfaatkan
talenta yang Tuhan berikan untuk kemuliaan-Nya.
Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Tidak ada komentar: